Hindari Provokasi Rekapitulasi demi Jaga Stabilitas Politik Pasca Pemilu 2024 - BERITA KALIMANTAN

Minggu, 03 Maret 2024

Hindari Provokasi Rekapitulasi demi Jaga Stabilitas Politik Pasca Pemilu 2024

Oleh: Made Yogi K.*

Rangkaian pesta demokrasi pemilihan umum (Pemilu) serentak 2024 telah selesai dilaksanakan pada 14 Februari 2024. Masyarakat Indonesia diharapkan agar terus mempererat persatuan dan kesatuan bangsa serta menjaga stabilitas politik. Provokasi dan penyebaran berita hoaks harus dicegah bersama-sama untuk menjaga harmoni di tengah-tengah masyarakat.

Saat ini, hasil akhir penghitungan suara untuk pasangan calon presiden dan wakil presiden serta anggota legislatif yang terpilih masih dalam proses rekapitulasi oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI. Beberapa wilayah juga sedang melaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU), Pemungutan Suara Lanjutan (PSL), dan Penghitungan Suara Susulan (PSS) sesuai rekomendasi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akibat bencana alam, kerusuhan, gangguan keamanan, dan faktor lainnya.

Meskipun demikian, baik dalam maupun luar negeri, pelaksanaan Pemilu 2024 di Indonesia mendapat apresiasi karena dianggap berlangsung dengan aman, lancar, dan kondusif. Direktur Eksekutif Asian Network for Free Election (Anfrel), Rohana Hettiarachchi, mengapresiasi usaha KPU dalam menyelenggarakan pemilihan umum terbesar keempat di dunia secara administratif.

Selain itu, Delegasi Parlemen Tanzania, Elibarki Immanuel Kingu, menyampaikan selamat kepada Indonesia atas keberhasilan menyelenggarakan salah satu pemilu terbesar di dunia dengan kredibel, transparan, demokratis, dan damai.

Namun demikian, di sisi lain masyarakat Indonesia dihadapkan pada tantangan berat dalam memelihara stabilitas politik dan sosial pasca Pemilu 2024 ini. Sehingga sangat penting menjaga kedamaian dan menahan diri dari terpancingnya provokasi. Masyarakat tidak boleh terpancing oleh berbagai bentuk provokasi yang bertujuan memperkeruh suasana. Terutama berhati-hati dalam menerima informasi terkait situasi politik saat ini baik secara langsung maupun di dunia maya, khususnya yang berkaitan dengan kontestasi politik.

Tidak hanya itu, kehati-hatian dalam menyebarkan informasi, terutama yang tidak dapat diverifikasi kebenarannya juga harus dilakukan. Penyebaran informasi yang tidak terverifikasi dapat memperburuk kondisi dan meningkatkan ketegangan di masyarakat. Jangan sampai kita menjadi biang keributan gara-gara menyebarkan infomasi hoaks, terlebih lagi disengaja.

Para rektor di Indonesia telah mengimbau semua pihak untuk bersatu kembali setelah Pilpres 2024. Mereka menilai bahwa rakyat telah menggunakan hak pilihnya secara demokratis. Semua pasangan capres-cawapres serta peserta Pemilu 2024 perlu bijaksana dalam menunggu hasil penghitungan dan rekapitulasi perolehan suara secara berjenjang oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Para rektor juga telah mengimbau agar tidak menyebarkan provokasi, fitnah, dan hoaks selama tahapan penghitungan dan rekapitulasi perolehan suara. Pesan perdamaian tersebut disampaikan secara terpisah oleh Rektor Unair Mohammad Nasih, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Jamaluddin, dan Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Fatah Palembang Nyanyu Khodijah.

Menurut Nasih, pesta demokrasi lima tahunan ini adalah kemenangan rakyat Indonesia, bukan kemenangan paslon atau partai. Nasih juga turut mengungkapkan selamat kepada seluruh rakyat Indonesia apa pun pilihannya di Pemilu 2024. Karena pemenang pemilu hari ini bukan paslon juga bukan partai-partai, tetapi pemenangnya adalah seluruh rakyat Indonesia.

Nasih mengajak semua pihak untuk dapat menjaga harmoni dan kedamaian dalam menyikapi hasil Pilpres 2024. Selain itu, Nasih berharap, pemenang Pilpres perlu rendah hati dan tidak perlu lagi mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan pasangan capres-cawapres lain. Ketenangan dan kedamaian di tengah masyarakat sangat ditentukan oleh sikap dan kedewasaan para elite, tim sukses, atau yang merasa menjadi tim sukses dan pendukung fanatik paslon maupun calon legislatif. Bagi yang belum unggul, harus tetap tenang dan sabar.

Jika terdapat perasaan dirugikan atau dicurangi, gunakanlah jalur dan mekanisme yang sudah disepakati dengan bukti yang memadai. Jangan memprovokasi, memfitnah, menyebar berita palsu alias hoaks, dan sejenisnya. Begitu juga bagi yang unggul, mohon tetap rendah hati dan tidak memprovokasi, termasuk bagi mereka yang tidak puas dengan hasil pemilu. Proses pengajuan perselisihan hasil pemilu ke Mahkamah Konstitusi sebagai koridor hukum yang harus ditempuh secara proporsional.

Sama halnya dengan Nasih, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Jamaluddin menyatakan rasa syukurnya atas terselenggaranya Pilpres 2024 secara aman, damai, dan lancar. Jamaluddin mengajak semua pihak untuk kembali fokus pada pembangunan bangsa.

Menurut Jamaluddin, saat ini dibutuhkan sikap kedewasaan dan lapang dada baik dari masyarakat maupun elite politik untuk menerima hasil Pilpres 2024. Dia menilai bahwa melanjutkan hal-hal negatif tidak akan memberikan manfaat bagi bangsa Indonesia.

Dalam menghadapi situasi pasca-pemilu yang kompleks ini, partisipasi aktif masyarakat dalam memelihara demokrasi dan stabilitas politik menjadi kunci utama. Komitmen masyarakat untuk terus mendukung upaya-upaya membangun pemahaman yang kuat tentang pentingnya demokrasi yang sehat dan stabil di Indonesia harus dipegang teguh.

Kita, masyarakat Indonesia yang baik, harus menjadi bagian dari perjuangan untuk menjaga kedaulatan rakyat, perlindungan terhadap hak-hak politik, serta penghormatan terhadap proses demokrasi, kolaborasi antara pemerintah, lembaga pemilu, dan masyarakat sipil menjadi semakin penting. Dengan membangun pemahaman yang kokoh tentang prinsip-prinsip demokrasi dan penegakan hukum yang adil, Indonesia dapat menghadapi tantangan-tantangan pasca-pemilu dengan penuh keberanian dan integritas.

Demikianlah, menjaga stabilitas politik dan keamanan dalam konteks demokrasi merupakan tanggung jawab bersama yang harus diemban oleh seluruh elemen masyarakat Indonesia. Dalam situasi yang menuntut kehati-hatian dan kepemimpinan yang kuat, kolaborasi dan komitmen untuk membangun masyarakat yang inklusif dan demokratis akan menjadi landasan yang kokoh bagi kemajuan bangsa ini.

*Penulis adalah Mahasiswa Udayana Bali

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda